Senin, 11 Juli 2011

pergi saja cintaku

terlalu sering membiarkan rasa berintuisi ternyata bisa membuatku melupakan kewajiban nyataku sebagai seorang mahasiswa. contohnya, saat si diri ini diperdengarkan oleh sebuah lagu yang mendukung suasana hati, tiba-tiba logika terkalahkan oleh rasa yang merindu bayangan masalalu. atau di hari ini, saat semalam sebelum terlelap sudah ku azzamkan untuk semangat mengerjakan revisi tugas akhir, ternyata Allah menghendaki sebuah mimpi dalam tidurku yang akhirnya dipagi harinya aku tak mampu memberi ruang untuk logika ku meneruskan revisi. aku ngin teriak, aku ingin menangis, aku ingin menolak rasa ini, karena sungguh aku pun tidak mau terus menerus tenggelam dalam cinta yang telah menjadi abu, dalam masalalu yang lama tersiram oleh kelam, dan dalam seseorang yang telah sekian waktu memutuskan masaku. aku lelah, Allah. perih, sungguh perih luka penyesalan itu.
satu side dalam logika mengatakan "sudah bukan masamu saat ini. tidak ada yang bersalah, karena dia pun telah bahagia. meski kini kesalahan itu terus membayangi lara. tapi bukankah ini akhir dari permainan yang kau buat sendiri?? bukankah ini inginmu dulu?? menjauh darinya? meninggalkan cintanya? setidaknya harus tetap kau tanamkan syukur, karena pernah bersama dengannya adalah seribu alasan untuk tetap melangkah bahagia, biarkan Tuhan mu memberimu jeda untuk sendiri, untuk mengganti semua yang salah, untuk memberi waktu dirimu berpikir. lupakan!!!"T_T
Tak ada alasan untukku untuk menggenggam cinta yang telah berlalu
tak ada waktu untuk memikirkan masa itu tetap tersimpan dalam bayang sanubari
tak ada kesempatan  untuk menolak pinangan lelakii baik itu. karena mungkin saja lelaki itu masa depan yang diberikan Tuhan untuk mengganti dia yang tlah lalu??
Aku lelah ya Rabb, tolong bawa rasa ini pergi sejauh mungkin dari bayang mata hatiku. agar aku tak perlu lagi menghabiskan waktu untuk merindu dalam semu. . . . .
ku mohon, sudilah Kau mencabut luka rasa bersalah dihatiku. Tanpa Mu aku takkan mampu melaju, dengan kerendahan hatiku, ku mohon IzinMu. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar