Aku termenung setengah duduk diruang kuning dengan luas 12 meter persegi itu. Selintas nasehat bundaku mengusik keyakinanku untuk meninggalkan masalalu itu.
___##___
"mama yakin sm t***, dia terbaik untuk kamu"
ucapan itu keluar dari ketulusan ucapan seorang bunda, tepat setelah aku berusaha membencinya.
Hari berikutnya. .
"nanti kalo kamu nikah sama t***, baru mama tenang, neng. Jangan kamu ganggu dia sekarang, insya Allah, ada jalannya nanti"
seperti merasakan denyut jantung yang terhenti, aku menangis bersama air wudhu dan ketenangan dalam shalat.
Allahu Robbi, lelaki itukah yang bundaku yakini? Lelaki itukah yang bundaku ikhlaskan untuk menjagaku?
Aku tak mampu apa-apa, aku tak memiliki cintanya, ya Robbi.
Meski kuselipkan nama itu ditiap sujud terakhirku, tetapi ketetapanMu adalah abadi. Aku pasrah dan ikhlas dengan semua yang kujalani.
Aku tunduk, setunduk-tunduknya pada kuasaMu, Allah. Karena itulah perjanjian kekal hidupku bersamaMu. .
Biarkan cintaku ini tenggelam jika waktu mengizinkan untuk tenggelam dan jadikan dunia kecilku ridha untuk kehilangan cinta ini. .
(^^harus semangat, ku yakin Allah, akan menjawab dengan cara terbaiknya, biarkan, biarkan waktu membawaku menemukan jawaban itu, insya Allah itulah yang terbaik. Amin ^^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar