Minggu, 13 Maret 2011

cukuplah, ibe, cukup

Dibalik seruan adzan disenja itu, aku tertunduk malu, menangis dalam sujud panjang yang terhampar di atas sajadah suci ini. . kecil, tak punya arti, mungkin hal itu yang mampu mendescribe-kan diri ini. aku tak mampu melawan rasa ini, rasa yang mungkin tidak sepenuhnya suci. aku merasa kehilangan diriku, aku menjadi teramat rapuh, menangisi hal yang mungkin tidak diciptakan untukku, yang mungkin tidak ALLAH takdirkan sebagai pasangan rusuk ku, yang mungkin hanya ALLAH hadirkan hanya sebagai penempa tingkat keimanan ku yang terkadang sistem imunitasnya berada pada titik limit. .
Allah, pada titik batas kelemahanku, ku harap Engkau masih sudi menjadi pelita akan pandanganku yang terkadang suram. .
aku tak mampu menjelaskan mengapa semua ini bisa ku lakukan, melakukan hal bodoh yang jelas-jelas ku mengerti itu hanya membuatku semakin rendah dimataNya. masa lalu itu memenjara imanku, mengkerdilkan kesucian cinta ini, mendiskriminasi rasa tulus yang telah ku ku patenkan menjadi milik Sang Pemilik Cinta.
 Dikala semua orang berlomba-lomba untuk mencari imam untuk dua dunia, mengapa aku hanya menatap pada satu nama. . mengapa aku hanya terdiam melihat cinta ini menggerogoti dinding keimananku. . mengapa wahai hati??
Allahu Robbi, mafkan hamba yang telah mendzolimi diri sendiri. . maafkan hamba yang telah salah memandang cinta. .
salah. . memandang hal yang belum hamba ketahui apakah itu tercipta untuk hamba.  .
“ Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah dan Allah maha penyantun kepada hamba-hambanya”. (QS. Al Baqarah : 207)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar